mas template
Headlines News :
mas template
Home » , » The Darwin Compendium

The Darwin Compendium

Written By maskolis on Saturday 28 May 2011 | 22:42

Charles Darwin (1809-1882) tak hanya menulis “The Origin of Species” (1859). Ada empat buku lainnya yang berhubungan yang tak terlalu banyak dibicarakan orang tetapi sangat penting kalau mau mempelajari teori evolusi Darwin secara utuh. Untuk menemukan kelima buku Darwin itu tidak mudah, tetapi penerbit Amerika Barnes and Noble mengumpulkannya ke dalam satu buku yang diberi judul “The Darwin Compendium“. Setiap orang yang mau mendebat teori evolusi atau mendukungnya, sebaiknya membaca dulu buku ini agar debat atau dukungannya punya dasar, tidak hanya ikut-ikutan.

“The Darwin Compendium” adalah buku yang berat dan tebal (1874 halaman) terbitan tahun 2005. Buku ini saya beli pada Desember 2005 saat sedang mengunjungi Unocal di Sugarland, Texas. Perlu waktu lama membaca buku ini, selain butuh konsistensi, butuh spirit untuk melawan kejenuhan dan menyerah, tak mudah pula memahami bahasa Inggris Victorian zaman pertengahan-akhir abad ke-19 yang menjadi bahasa buku ini.

Buku ini membantu memahami apa yang sesungguhnya Darwin pikirkan dan pertahankan tentang evolusi. Perasaan Darwin pun bisa kita baca di salah satu karyanya yaitu otobiografinya. Semua penganut dan pengritik teori evolusi yang dikembangkan Darwin sebaiknya membaca buku ini sebelum mempercayai atau menolak teori evolusi. Karena the Darwin Compendium mengumpulkan lima karya utama Darwin sejak sebelum ia mengumumkan teori evolusi, mempertahankannya, dan menceritakan apa yang ia rasakan berhubungan dengan teorinya yang kontroversial pada zamannya itu; maka kita akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang Charles Darwin dan teori evolusi.

Kelima buku utama Darwin yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium adalah seperti berikut.

“Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) berisi catatan Darwin sebagai naturalis dalam kapal Beagle yang berlayar ke pulau-pulau selatan termasuk Kepulauan Galapagos di lepas pantai sebelah barat Amerika Selatan. Di kepulauan ini Darwin mengamati keberagaman burung finch (sejenis kutilang) dan iguana yang menjadi salah satu dasar hipotesisnya bahwa makhluk hidup berubah dengan berjalannya waktu.

“The Origin of Species” (Darwin, 1859), buku Darwin paling terkenal dan yang paling banyak diserang, mengatakan bahwa seleksi alam – teori survival of the fittest (yang paling cocok dengan alam yang akan terus hidup) – menghasilkan begitu banyak varietas kehidupan di Bumi.

“The Descent of Man” (Darwin, 1871), berargumentasi bahwa begitu banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian kerajaan hewan dan telah dibentuk mengikuti hukum alam yang sama yang menghasilkan semua kehidupan lain di Bumi.

“The Expression of Emotions in Man and Animals” (Darwin, 1872), buku ini meneliti lebih lanjut tesis bahwa manusia adalah bagian dunia alam. Di dalam buku ini Darwin berargumentasi bahwa ekspresi wajah pada manusia merupakan bentuk kompleks komunikasi yang dilakukan oleh sistem perototan yang begitu rumit yang merupakan hasil proses evolusi.

Setelah bertahun-tahun mengalami masa-masa penghinaan, penyerangan, maupun penghargaan karena teori-teorinya, Charles Darwin menceritakan perasaan dan hidupnya dalam sebuah otobiografi berjudul, “Autobiography of Charles Darwin” (Darwin, 1876).

Ada banyak kontroversi seputar Darwin, kadang-kadang disebut idea-ideanya berbahaya. Ketika mengingat Darwin orang mengingat gambar monyet yang berubah menjadi manusia, alam semesta yang tak memerlukan tangan Mahakuasa, dan pandangan kehidupan yang selalu berubah. Ada juga mitos-mitos yang ditujukan kepada Darwin : bahwa dia menemukan evolusi, dia membenci Tuhan, dia meninggalkan Kekristenan, dia mengatakan bahwa manusia keturunan monyet, dan saat-saat menjelang ajal dia katanya meninggalkan kepercayaannya akan evolusi. Darwin disalahkan untuk sesuatu yang disebut social Darwinism – idea bahwa yang kuat harus mengungguli yang lemah. Dengan membaca kelima karya utama Darwin yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium barangkali kita akan berpendapat bahwa semua kontroversi dan mitos itu adalah salah.

Buku “Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) mengabadikan apa yang dilihat, dialami dan dipikirkan Darwin saat dia bekerja sebagai naturalis di kapal Beagle dalam pelayaran selama lima tahun (1831-1836). Dalam perjalanan ini Darwin mengumpulkan banyak spesimen tumbuhan, hewan, juga fosil. Darwin juga dalam perjalanan ini melihat sisi buruk kekerasan manusia berupa perbudakan dan kekerasan dalam nama agama. Semua penglihatan ini baik alam maupun sosial mempengaruhi Darwin bagaimana memandang dunia. Kepulauan Galapagos punya arti khusus buat Darwin dalam perjalanan ini. Di kepulauan ini, setiap pulau punya jenis burung finch yang berbeda tetapi saling berkerabat. Di sini juga ada kura-kura dan iguana yang sedikit berbeda di setiap pulau. Darwin bertanya mengapa begitu banyak varietas yang berbeda untuk burung-burung dan iguana yang sama, apa maksud keanekaragaman ini ? Kondisi di Galapagos bersama data lainnya mulai membentuk idea sekaligus membentuk keraguan dalam diri Darwin akan penjelasan teologis zaman itu tentang asal dan keberagaman kehidupan. Buku geologi tulisan Charles Lyell (1797-1875) “The Principles of Geology” (1830) yang dibawa Darwin ke mana-mana sangat besar pengaruhnya membentuk idea Darwin bahwa kehidupan itu telah tua dan berubah secara perlahan, seperti halnya Bumi yang diajarkan Lyell bahwa Bumi berubah perlahan, secara seragam sepanjang waktu yang lama. Di bukunya Lyell mengajarkan bahwa umur Bumi jauh lebih tua daripada 6000-10.000 tahun seperti yang dipercayai saat itu. Lyell mengajarkan juga bahwa Bumi berubah secara gradual, bukan mendadak atau melalui katastrofisme. Pulang dari perjalanannya itu, Darwin segera membukukan catatan-catatan pengamatannya dan bukunya ini mendapatkan sambutan luas. Setelah itu Darwin mempelajari dengan hati-hati semua spesimennya dan ia makin yakin dengan yang ia percayai : makhluk hidup berubah seiring waktu.

Di samping buku geologi Lyell, Charles Darwin juga membaca buku Thomas Malthus (1766-1834) berjudul “Essays on the Principle of Population” (1798). Malthus berargumen bahwa jumlah populasi selalu lebih besar daripada jumlah makanan yang tersedia. Maka, terjadilah perjuangan untuk tetap hidup (struggle for survival). Idea gradualisme Lyell, idea struggle for survival Malthus, dan penelitian Darwin selama pelayarannya dengan Beagle, telah membentuk konsep seleksi alam yang dikembangkan Darwin. Ia berpendapat bahwa setiap generasi menghasilkan keturunan yang agak berbeda daripada orang tuanya. Perbedaan ini kadang-kadang menjadi penting untuk supaya dapat lestari dan berkembang lagi. Kelompok organisme yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan meningkatkan peluangnya untuk menghasilkan generasi berikutnya. Perbedaan genetik dikombinasi dengan perubahan lingkungan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan spesiasi. Spesiasi-spesiasi ini telah menyebabkan keanekaragaman makhluk hidup di Bumi. Idea ini dijelaskan Darwin dalam bukunya yang paling terkenal “The Origin of Species” (1859). Sejak buku ini, orang mengenal Darwin dengan adagium “manusia berasal dari monyet” Padahal, di bukunya itu Darwin tak pernah mengatakan hal tersebut. Hubungan monyet dengan manusia muncul di buku Thomas Huxley, seorang pembela garis keras Darwin, yang menulis buku “Evidence for Man’s Place in Nature” (1863). Huxley di bukunya itu menyatakan bahwa anatomi primata dan manusia sangat mirip dan itu merupakan bukti bahwa mereka berhubungan. Manusia adalah bagian dari dunia binatang, tidak terpisah daripadanya. Manusia adalah hasil seleksi alam dan evolusi. Manusia dan primata punya nenek moyang yang sama. Maka, kiranya yang kita kenal dengan keberatan terhadap evolusi pada saat ini sebenarnya berasal dari idea Huxley bukan Darwin.

Terinspirasi oleh Huxley, Darwin kemudian menulis buku yang khusus membahas evolusi manusia “The Descent of Man” (1871). Di buku ini Darwin berargumen bahwa banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian dari dunia binatang dan diciptakan menurut hukum-hukum alam yang sama yang mengatur makhluk hidup lainnya. Kalau Huxley mencari bukti kesamaan anatomi, Darwin mencari bukti kesamaan tingkah laku antara binatang dan manusia. Menurut Darwin, tingkah laku adalah hasil seleksi alam. Moralitas pun adalah produk evolusi. Kepercayaan kepada Tuhan pun adalah hasil perkembangan intelektual dan nalar. Begitu menurut Darwin.

Untuk lebih menguatkan tesisnya bahwa manusia adalah bagian alam, Darwin menulis buku yang lain, “The Expresion of Emotions in Man and Animals” (1872). Di bukunya ini Darwin mengemukakan bahwa ekspresi wajah adalah bentuk kompleks komunikasi oleh sistem perototan yang rumit yang merupakan hasil proses evolusi. Emosi yang ditunjukkan oleh ekspresi wajah juga merupakan akibat seleksi alam. Darwin menganalisis bahwa semua emosi dan ekspresi wajah sama saja untuk segala bangsa, bagaimana kalau mereka senang,marah,ketakutan, dan lain-lain. Menurut Darwin, ekspresi wajah binatang dan manusia menunjukkan banyak kesamaan.

Terakhir, Darwin menulis Autobiography of Charles Darwin (1876) yang sebenarnya bukan ditulis untuk umum, tetapi untuk keluarganya agar anak-anaknya bisa memahami apa yang menjadi kepercayaan bapaknya (evolusi). Tetapi kemudian Francis Darwin, salah seorang anaknya, menerbitkannya pada tahun 1887 dengan menghilangkan sebagian manuskrip yang dirasakan akan kontroversial. Tahun 1958, cucu Charles Darwin, Nora Barlow menerbitkannya lagi secara utuh berjudul Autobiography of Charles Darwin.

Karya-karya Darwin selalu kontroversial sejak diterbitkan untuk pertama kalinya sampai sekarang sebab Darwin menyentuh langsung hal-hal yang sangat mendasar (falsafi) tentang kehidupan. Karya2-nya mengeksplorasi hal2 ini : dari mana kehidupan berasal, bagaimana ia bisa sampai ke sini, realitas Yang Mahakuasa. Pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya pun mengalami evolusi. Menjelang abad kedua puluh, kemajuan-kemajuan dalam genetika, biologi molekuler, dan biokimia telah memberikan kita pandangan-pandangan yang lebih mendalam dibandingkan pada masa Darwin. Síntesis antara seleksi alam klasik dan ilmu-ilmu moderen in telah melahirkan neo-Darwinisme. Walaupun ilmu-ilmu baru ini banyak memberikan dukungan untuk teori evolusi Darwin, kontroversi terus saja berlangsung. Selama akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ini kita melihat orang-orang berdebat soal evolusi, termasuk sampai ke pengadilan, seperti di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Kansas khususnya) dan Australia. Perdebatan ini adalah di sekitar pertanyaan mana yang harus diajarkan di sekolah-sekolah umum, apakah evolusi atau lawannya (kreasionisme). Orang-orang fundamental menganggap Darwin sebagai terkutuk dan teori evolusinya tak punya bukti apa pun. Sebaliknya, para ilmuwan fundamental beranggapan bahwa bila ingin memahami alam yang tanpa campur tangan adikodrati, maka orang harus menerima Darwin dan teorinya.

Sebenarnya perdebatan tentang evolusi banyak berasal dari kesalahpahaman tentang teori evolusi itu sendiri. Tidak banyak para pendebat evolusi yang membaca karya-karya asli Darwin. Mereka umumnya membaca literatur-literatur yang ditulis oleh para penyerang Darwin. Ini berakibat bahwa pemahaman mereka tentang evolusi Darwin akan semakin jauh dari yang sebenarnya.

Setiap orang yang mau mendebat sebuah teori harusnya dalam posisi “well informed” dengan teori aslinya agar yang didebatnya tepat sasaran dan substantial. Dalam hal teori evolusi yang dikembangkan dan dipublikasikan Darwin, buku “The Darwin Compendium” ini merupakan buku yang baik untuk memulai. Lima karya asli Darwin ada di situ.

Kutipan paragraf terakhir di buku paling terkenal Darwin :

“There is grandeur in this view of life, with its several powers, having been originally breathed into a few forms or into one; and that, whilst this planet has gone cycling on according to the fixed law of gravity, from so simple a beginning endless forms most beautiful and most wonderful have been, and are being, evolved.” (Charles Robert Darwin, “The Origin of Species” – 1859)

Tak ada yang sempurna. Teori evolusi juga ada kesalahan dan kesulitannya sendiri, Darwin juga menyadari hal itu dan menuliskan bab khusus tentang hal tersebut di dalam bukunya tahun 1859 itu. Darwin tak semuanya benar, tetapi juga tak semuanya salah. Semua berubah, ilmu pengetahuan pun berubah atau lebih tepat berkembang, yang tetap hanya perubahan itu sendiri.

Sumber : http://geologi.iagi.or.id/2008/06/11/the-darwin-compendium/
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

mas template
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. MASKOLIS - All Rights Reserved
maskolis
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya