Hanya selang sehari menjelang hari Thanksgiving yang lalu, telah beredar di pasaran sebuah film Hollywood yang menceritakan sebuah kisah kehidupan seorang raja yang hidup sekitar 300 tahun sebelum masehi. Raja ini bernama Alexander, seorang raja Macedonia yang merupakan salah satu perpanjangan tangan dari peradaban Yunani di Eropa, hingga merambah ke Asia, tepatnya di daerah Babylon, yang sekarang dikenal dengan Irak hingga hampir ke India.
Film itu sendiri, yang diarahkan oleh sutradara kondang Oliver Stone, di luar dugaan tidak mendapat sambutan atau tanggapan yang positif dari berbagai pakar perfilman maupun para pencinta film yang awam. Walau film ini ditaburi oleh bintang-bintang ternama saat ini, seperti Colin Ferrel, Angelina Jolie, Val Kilmer, bahkan Anthony Hopkins (pemenang aktor terbaik Oscar tahun 1991), film ini tidak terlalu menunjukkan suatu karakter individu yang menonjol, dan terkesan dikemas dengan alur emosi film yang sangat datar.
Terlepas dari bagaimana hasil penjualan film tersebut di pasaran, ada baiknya kita mengenal lebih dekat lagi dengan karakter Alexander ini. Siapa kah dia sebenarnya? Mengapa sedemikian hebatnya dia hingga harus diangkat ke dalam cerita di layar lebar yang cukup menyedot biaya pembuatan film yang cukup mahal?
Menurut sejarahnya yang banyak ditulis di literatur-literatur selama ini, raja Alexander adalah termasuk salah satu panglima perang dan sekaligus pemimpin kerajaaan yang tergolong hebat sepanjang sejarah peradaban dunia. Di usianya yang tergolong muda, dia berhasil menjadi seorang jendral perang yang cukup disegani.
Di usia 20 tahun, saat itu 336 SM (Sebelum Masehi), ia telah mamangku jabatan sebagai pemegang tahta kerajaan Macedonia, setelah ayahnya, raja Philip II, mati terbunuh oleh lawan politiknya. Selang dua tahun setalah ia memimpin kerajaannya, ia memulai kampanye perang melawan Persia (sekarang Iran) dengan bantuan sekitar 35,000 pasukan. Perang terhadap kerajaan Persia ini memuncak di tahun 333 SM. Saat itu, kerajaan Persia dipimpin oleh seorang raja bernama Darius III. Perang yang di dalam banyak literatur sejarah dikenal dengan peristiwa The Battle of Issus. Nama Issus ini diambil dari suatu nama tempat di bagian utara Syiria di mana perang tersebut berkecamuk.
Sepak terjang Alexander berlanjut ke arah barat daya menuju Gaza (dearah Palestina) dan Mesir. Di tahun 332 SM, beliau akhirnya mendirikan sebuah kota baru yang diberi nama Alexandria dan terletak di mulut sungai Nile. Di kota Alexandria, Mesir ini berkembang dengan pesat menjadi pusat dari perkembangan literatur, ilmu pengetahuan dan perdagangan Yunani kuno.
Yang menarik dari kenyataan ini adalah Alexander secara tidak langsung menyebarkan suatu pengaruh kebudayaan di tiga daerah yang secara kultural memiliki akar yang kuat terhadap pengaruh di tiga agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Sempat pula ia di akhir kampenya panjang perangnya menyerang daerah Punjab, India, walaupun akhirnya ia tidak sempat menaklukan daerah tersebut dalam skala kekuasaan yang cukup besar. Dan kampenya perangnya berakhir di negara ini di tahun 325 SM.
Ada pepatah mengatakan, Only the Good Die Young, begitu juga dengan Alexander. Dalam usia yang relatif dini, 33, ia mengakhiri hidupnya dari suatu penyakit yang masih belum terdeteksi hingga sekarang. Karakter Alexander ini hanya merupakan salah satu tokoh yang sangat terkenal di jamannya. Masih banyak lagi tokoh-tokoh sejarah kuno yang lain, dan mudah-mudahan dapat dimuat di edisi-edisi berikutnya.
Sumber : www.mentaritimur.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !