Misteri masih menyelimuti kematian mahasiswa Indonesia David Hartanto Widjaja di Nanyang Technological University (NTU) Singapura pada 2 Maret silam. Mendiang anak bangsa yang tewas di negeri orang itu tidak kunjung mendapatkan kedamaian. Berbagai spekulasi beredar di seputar kematian mahasiswa pintar ini. David bunuh diri, dibunuh, atau terjatuh tanpa sengaja?
Sejumlah media massa di Negeri Singa menggambarkan David Widjaja sebagai mahasiswa yang nekat menusuk dosennya lantas bunuh diri. Media massa di Singapura juga memberitakan spekulasi bahwa David memutuskan bunuh diri gara-gara beasiswanya diputus. Tentu saja, pemberitaan-pemberitaan tersebut ditolak keluarga.
Pihak keluarga menolak kalau David meninggal karena bunuh diri. Bukan tanpa alasan keluarga mengatakan hal itu. Kejanggalan yang ditemukan keluarga antara lain muka David yang tak hancur padahal dia terjatuh dari lantai empat. Hartanto Widjaja, ayah David juga melihat ada bekas tempelan plester di leher sang anak. Kalau tak dianiaya, tidak mungkin anaknya mendapat goresan luka di leher.
Kejanggalan demi kejanggalan mengalir keluar dari bibir teman dan juga saksi dalam sidang kasus ini di pengadilan Singapura. Demikian pula dengan pernyataan pihak NTU Singapura yang berubah-ubah. Hingga kini pihak keluarga masih merasa mendapat perlakuan tak adil. Terutama dari pihak NTU dan pengadilan yang tidak memberikan kesempatan untuk mengajukan saksi sebanyak-banyaknya.
Untuk membuka selubung misteri kematian David, pihak keluarga mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. Tapi keluarga merasa tidak puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Kedubes RI. Hartanto Widjaja menilai upaya yang dilakukan oleh Kedubes belum maksimal karena belum membuahkan hasil apa-apa. KBRI dinilai hanya memantau perkembangan kasus tersebut tanpa ada action alias tindakan konkrit.
Markas Besar Polri juga disambangi Hartanto Widjaja. Hartanto meminta kepolisian membantu mengusut tuntas kematian anaknya. Langkah Hartanto itu menemui sedikit ganjalan. Mabes Polri menyebutkan tak mudah mengungkap kasus ini. Polri dihadapkan pada persoalan tidak adanya perjanjian ekstradisi Indonesia dan Singapura sehingga tak dapat mencampuri urusan penyelidikan.
Tak hanya keluarga yang bersuara. Sejumlah pihak di antaranya Komisi Nasional Perlindungan Anak, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, meminta supaya pemerintah ikut turun tangan menyelesaikan kasus ini. Pasalnya kasus ini menyangkut nama bangsa. Apalagi alumni Sekolah Menengah Atas Kristen 1 BPK Penabur Jakarta ini merupakan mahasiswa pintar serta pernah mewakili Indonesia dalam Olimpiade Matematika di Meksiko pada 2005.
Sekadar diketahui, sebelum meninggal David diketahui melakukan penelitian tentang penggunaan multikamera tiga dimensi. Tujuannya adalah menghasilkan gambar 3D (tiga dimensi) dari objek dengan memproses gambar yang dihasilkan oleh multiple kamera. Jika proyeknya berhasil maka teknologi ini merupakan terobosan baru teknologi di bidang pertahanan dan militer. Bahkan sejumlah pihak menilai, penelitian David itu mempunyai nilai ekonomi dan dapat mengancam rahasia pemerintahan Singapura.
Selain Kedubes RI dan polisi, keluarga lebih khusus meminta peran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi David termasuk anak yang telah berjasa di bidang pendidikan. "Saya mengharapkan Presiden SBY cepat menangani, memonitor, dan memberikan masukan kepada kepolisian dan persidangan Singapura bahwa fakta sebenarnya David dibunuh bukan sebaliknya. Tolonglah Presiden SBY agar mau mendengar keluh kesah saya," harap Hartanto.
Selama ini pihak keluarga harus kerja keras mencari kebenaran dalam kasus yang terus digelar di sebuah pengadilan di Negeri Singa. Bahkan keluarga membentuk tim verifikasi sendiri untuk menangani kasus yang diduga sebagai bagian dari konspirasi Singapura. Dugaan adanya konspirasi terbaca saat pihak keluarga meminta supaya komputer jinjing David dikembalikan atau minimal dikloning dulu. Namun, keluarga malah diminta untuk meminta izin lebih dulu ke Menteri Luar Negeri Singapura.
Kini keluarga serasa sudah habis. Pengadilan Koroner yang dipimpin Hakim Tunggal Victor Yeo memutuskan bahwa David meninggal akibat bunuh diri. Keputusan ini berakibat kasus kematian David telah dianggap selesai dan dihentikan. Keluarga David sangat kecewa. Hartono merasa, sejak awal aparat Singapura menutup-nutupi dan memutarbalikkan fakta. Dari foto-foto forensik terbukti secara jelas bahwa kaki-kaki pemuda 22 tahun itu telah dipelintir, tangannya tersayat senjata tajam. Selain itu, juga ditemukan fakta bahwa David sudah bersimbah darah di tiga titik: di ruang dosen, di tangga darurat, dan di jembatan kaca.
Kesan yang muncul dalam kasus ini adalah tidak terlihat sama sekali kepedulian yang tinggi dari pemerintah Indonesia dan aparat kepolisian RI untuk mengungkap penyebab kematian David. Padahal, pemerintah dan polisi yang punya tanggung jawab seharusnya tidak boleh langsung percaya keterangan pihak Singapura. Artinya, sejujur-jujurnya pihak Singapura, tetap saja perlu ada kecurigaan terhadap hal-hal yang dilingkupi misteri.
Terkesan, seolah pemerintah Indonesia seperti menerima saja. Pemberitaan sejumlah media massa Indonesia yang menyebutkan masih banyak misteri terhadap kematian David tak direspon secara maksimal. Aparat merasa biasa-biasa saja. Sikap Indonesia ini mengundang sejumlah pertanyaan. Ada apa dengan pemerintah kita? Apakah pemerintah tak peka dengan warga negara yang ditindas di negara lain? Atau mungkinkah aparat takut kepada Singapura?
Banyak warga berharap pemerintah bergerak cepat mengungkap kasus ini. Indonesia harus memperlihatkan kepada Singapura bahwa setiap warga negara Indonesia dilindungi dan amat dijaga pemerintahnya. Tim Mabes Polri harus terbang ke Negeri Singa melakukan investigasi, mencari tahu faktor apa yang menjadi penyebab kematian warga negara Indonesia itu yang sempat mengharumkan nama bangsa di bidang pendidikan ini.
David bisa dikategorikan sebagai manusia penting bagi Indonesia karena rekam jejaknya. Di usia muda, prestasi gemilang David sudah membuat dunia internasional mengakui kekuatan sumber daya manusia Indonesia. Atas nama Indonesia lelaki yang terkenal periang ini beberapa kali menjadi juara Olimpiade Matematika. Oleh karena itu, meski bukan dari kalangan petinggi, selebritis seperti Manohara, atau golongan kaya raya, sudah selayaknya pemerintah total membantu kasus ini.
Keberadaan David di NTU Singapura bukan hanya karena kehebatannya di Olimpiade Matematika. David adalah pemegang beasiswa prestasi. Untuk mendapatkan beasisiwa, David harus punya kualifikasi tertentu. Selain itu ia harus lulus tes. Sisi ini menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kerugian besar dari sudut potensi warganya.
Dengan fakta ini diketahui bahwa David adalah warga Indonesia yang memiliki bakat kecerdasan khusus. Artinya David termasuk dalam kategori anak cerdas atau jenius. Harus diakui, bahwa negara/ pemerintah hingga kini masih belum mampu menjaga warga negaranya. Termasuk mereka yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara.
Sumber : berita.liputan6.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !