Anak yang bernama Martunis itu ditemukan dalam keadaan memprihatinkan di sebuah pantai di Banda Aceh dengan sekujur tubuh penuh bekas gigitan nyamuk selama 19 hari. Martunis dipercaya senantiasa berkubang di lumpur dan makan mie instan untuk mempertahankan hidupnya. Namun kini, cerita mengerikan itu, telah berganti menjadi cerita indah di negeri Portugal. Sebuah bencana yang membawa rahmat bagi Martunis.
Begitu pula yang kini dirasakan seorang bocah asal Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Bocah yang bernama Martunis ini seketika menghentak jagat sepakbola Eropa. Bukan karena mengalahkan pamor David Beckham, kapten tim nasional Inggeris, tapi karena baju yang dikenakannya. Ada apa dengan baju bocah berusia 7,5 tahun itu. Inilah barangkali hikmah yang sedang memayungi anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Sarbini dan Salwa. Pasalnya ketika bencana tsunami melanda Aceh termasuk kampung Martunis tentunya, dia sedang mengenakan baju tim nasional Portugal.
Setelah 19 hari nasibnya tak menentu, pada 15 Januari 2005, dia ditemukan oleh penduduk Pantai Kuala dalam kondisi lemah. Kebetulan saat itu, kru sebuah televisi dari Inggris meliput di kawasan itu. Gambar Martunis pun beredar di stasiun televisi Eropa. Dia menjadi salah satu korban tsunami di Aceh yang bertahan hidup setengah bulan lebih. Tentu saja gambar bocah kurus berkulit hitam yang memakai replika baju timnas Portugal menarik simpati bintang top sepakbola semacam Luis Figo, Nuno Gomes, Cristiano Ronaldo, bahkan termasuk pelatih Luiz Felipe Scolari serta Gilberto Madail, Ketua Federasi Sepakbola Portugal.
"Dia contoh untuk kita semua. Sungguh mengharukan sekaligus membahagiakan melihat seorang anak berusia tujuh tahun bisa bertahan selama 19 hari sendirian. Apalagi selama 19 hari itu dia mengenakan kaus timnas Portugal, yang merupakan simbol kami," ujar Cristiano Ronaldo, pemain Portugal itu seperti dikutip sebuah situs sepakbola. Karena ketertarikan itu, kemudian bintang muda yang bermain di Manchester United menawari Martunis untuk menginap di rumah Ronaldo di Inggris guna menyaksikan pertandingan klub elite Liga Primer tersebut. Tawaran selanjutnya kemudian datang dari kapten timnas Portogal, Luis Figo.
Bintang Galacticos Real Madrid juga telah menyatakan keinginannya untuk membantu Martunis. Kendati belum jelas bentuk bantuan itu dan kapan tepatnya akan diserahkan. Begitu pula dengan pelatih Luiz Felipe Scolari juga berniat untuk membelikan anak itu sebidang tanah di Indonesia, khususnya Aceh.
Di mana Martunis?
Melacak keberadaan bocah ini ternyata susah juga. Banyak yang salah menduga, sama seperti warga yang tak menduga setelah gempa bakal ada tsunami yang amat dahsyat. Begitu pula dengan bocah yang biasa disapa Tunis ini. Karena itu tak jarang Waspada hilir mudik ke sejumlah kamp pengungsi di Banda Aceh, Aceh Besar untuk menemui bocah 'ajaib' itu. Sebelumnya informasi soal dia sempat kabur. Di kamp mana Tunis berlindung. Pencarian panjang itu ternyata membuahkan hasil. Ternyata Tunis bukan saja diburu Waspada, tapi banyak media asing mencari-cari dia. Tenyata dia bersama ayahnya 'sembunyi' di kampung neneknya, Lamreng, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.
Kampung Lamreng hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Tibang, desa kelahirannya. Di belakang sebuah masjid yang belum siap itulah Martunis bersama ayah dan nenek 'mengasingkan diri' dari kejaran pers. Saat Waspada bertandang ke rumah sederhana di Lamreng, Kamis (20/1) seorang bocah kecil dengan rambut cepak muncul. Ternyata dialah bocah yang sudah membuat pemain sepakbola tenar di dunia menebar simpati buat dia, hanya karena mengenakan baju klub sepakbola.
Sebenarnya itulah hikmah Allah dan 'mukjizat' bagi Tunis. Ayah Martunis, Sabini, 35, kepada Waspada mengatakan siswa Sekolah Dasar No. 81 Tibang itu sejak berusia lima tahun sudah gandrung dengan sepakbola. "Sejak kecil dia sudah suka pakai baju klub bola," ujar Sarbini yang disambut dengan anggukan Tunis. Puncaknya adalah ketika hajatan Piala Euro 2004 berlangsung di Portugal. Sarbini mengatakan saat kegiatan sepakbola paling bergengsi di Eropa berlangsung, Tunis minta ayahnya dibeliin baju klub Portugal.
Menurut dia, permintaan itu bukan karena Portugal yang bertindak sebagai tuan rumah. Tunis sendiri yang ditanyai Waspada mengaku memang penggemar berat Rui Costa. "Kalau beli baju bola, Tunis selalu minta nomor punggung 10, yang lain tak mau dia," ujar Sarbini yang kini tinggal berdua, sedangkan isteri dan dua anaknya belum jelas nasibnya.
Dengan modal Rp 25 ribu, katanya, pria yang bekerja sebagai tenaga lepas di tebat orang lain, menghadiahi baju yang dimaksud lengkap dengan celananya. "Kini baju itu sudah diambil bule-bule wartawan Inggris itu," ujar dia. Kenapa dikasih nama Martunis? Dia sekilas bercerita memang nama Martunis agak 'asing' ditelinga orang Aceh. Padahal tidak!. "Itu nama salah seorang Aulia Tujuh yang ada dalam kisah ashabul kahfi," terangnya.
Main Bola
Tunis ketika diajak bincang-bincang mulanya sedikit malu-malu. Setelah dirayu akhirnya dia mau. Tunis pun bercerita bahwa sebelum peristiwa, Minggu pagi dia rencananya ingin bermain bola dengan bocah seusianya di lapangan sepakbola kampungnya. Karena hari Minggu sekolah libur. Menurut Martunis, saat gelombang tsunami muncul, dia, kakak adik serta mamanya, Salwa berempat menumpang mobil pick up milik tetangga. Ayahnya, Sarbini tidak ada di rumah. Sedang bekerja mencari upah ditebat orang. Ketika digulung ombak tsunami, mobil itu tidak selamat dan akhirnya tenggelam. Martunis sendiri entah bagaimana ceritanya, kemudian muncul ke permukaan air meski dia tidak bisa berenang.
Sebelum Tunis berpisah dengan kakak dan adik serta bundanya untuk selamanya, Tunis mengaku sempat menarik lengan adiknya yang minta tolong. Namun apa daya, tangan mungilnya kalah dengan arus tsunami yang hebat. Adiknya terus diseret arus. Tunis selamat dengan meraih sepotong kayu, lalu mengapung-apung.
Kemudian dia berpindah ke sebuah kasur yang melintas di dekatnya. Naas, kasur kapuk itupun tenggelam. Allah masih menyelamatkan dia. Martunis memanjat sebatang pohon untuk bertahan hidup. Tunis selamat setelah dia diseret arus tsunami yang balik ke laut. Dia pun terdampar di kawasan rawa-rawa yang tak jauh dari makam Tgk Syiah Kuala. Selama 19 hari dia bertahan di sana.
Sekali lagi Allah masih menolong nyawanya. Dengan mengandalkan mie instan kering dan air mineral yang terapung di sekitarnya, ia bertahan sampai akhirnya ditemukan oleh penduduk pada 15 Januari 2005 lalu. Selanjutnya, ia diserahkan pada awak televisi Inggris yang sedang meliput di sana. Setelah ditemukan, lalu Tunis dibawa ke Rumah Sakit Fakinah guna mendapatkan perawatan. Dia cuma mengalami luka kecil akibat terkena goresan kayu di perut. Kulitnya mengelupas akibat terus-terusan berada di laut siang dan malam.
Kemudian, Sarbini menjemput anaknya setelah mendengar kabar dari orang lain. Dan mereka berkumpul kembali tanpa isteri dan dua anaknya lagi. Pun demikian, Sarbini masih teringat baju klub bola yang dikenakan anaknya, sebab Allah sudah menjadikan kaos itu sebagai 'perantara' menarik simpati pejabat sepakbola dan pemain nasional Portugal seperti Cristiano Ronaldo, Luis Figo, Nuno Gomes, Gilberto Madail, serta Luiz Felipe Scolari.
Oleh : Munawardi Ismail
Sumber : zainalbakri.multiply.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !