Jika dulu ilmuwan memetakan penyebaran atau wabah penyakit dengan menelusuri daerah yang terkontaminasi, maka kini ilmuwan menggabungkan teknologi sekuensing DNA, sinyal GPS, dengan data peta di Google Earth. Hasilnya, sumber wabah tipus di Nepal pun bisa terlacak. Dahulu pada pertengahan abad 19, ilmuwan John Snow harus memetakan kasus kolera di London dan menelusuri sumber wabah hingga ke pompa air yang terkontaminasi.
Tapi sekarang, para ilmuwan yang didanai oleh Wellcome Trust melakukan sebuah proyek serupa di Kathmandu Nepal dengan cara menggabungkan teknologi sekuensing genetik dan global positioning system (GPS) untuk memetakan penyebaran tipus kemudian melacak sumbernya. Demam tipus disebabkan oleh dua bakteri, Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. Kedua bakteri ini ditemukan di Kathmandu dan biasanya menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi tinja. Gejala penyakit ini berupa demam, sakit perut dan muntah.
Kemajuan terbaru dalam sekuensing DNA telah memungkinkan para ilmuwan untuk melacak secara akurat penyebaran penyakit dengan cara mengukur mutasi DNA bakteri penyebab penyakit ketika DNA menggandakan diri. Namun, mutasi dalam bakteri tipus ini terjadi dalam skala kecil dan tidak akan terdeteksi jika hanya menggunakan teknik yang umum digunakan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Open Biology dilakukan oleh ilmuwan di Wellcome Trust Major Overseas Programme di Vietnam bekerja sama dengan the Oxford University Clinical Research Units di Kathmandu, Nepal dan Ho Chi Minh, Vietnam. Ilmuwan telah menemukan cara untuk memetakan wabah tipus secara akurat. Penelitian mereka menggabungkan teknologi sekuensing DNA, sinyal GPS, dengan data peta di Google Earth.
"Sampai sekarang, sangat sulit untuk mempelajari bagaimana organisme seperti bakteri penyebab tipus berkembang dan menyebar di tingkat lokal. Tanpa informasi ini, kemampuan kita untuk memahami penularan penyakit secara signifikan akan terhambat. Sekarang, kemajuan teknologi telah memungkinkan kita untuk pertama kalinya membuat peta geografis dan genetik penyebaran tipus yang akurat dan melacak sumbernya," jelas Dr Stephen Baker dari Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford di Vietnam seperti dikutip ScienceDaily.com, Rabu (19/10/2011).
Untuk memperoleh informasi tersebut, petugas kesehatan mengunjungi rumah pasien dan menggunakan GPS untuk mendapat lokasinya dengan tepat. Mereka juga akan mengambil sampel darah pasien rawat inap untuk mengisolasi bakteri sehingga memungkinkan analisis gen bakteri. Dengan menggunakan teknologi sekuensing, ilmuwan mampu mengidentifikasi perubahan tunggal dalam DNA bakteri.
Para peneliti dapat mengelompokkan luasan infeksi tipus di lokasi tertentu. Namun, pengelompokan ini tidak berhubungan dengan kepadatan penduduk setempat. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang hidup dekat daerah semburan air dan orang yang hidup di tempat yang lebih rendah memiliki risiko paling besar tertular penyakit.
Wabah tipus terkait dengan kontaminasi tinja dalam air tanah selama musim hujan. Bakteri Salmonella paratyphi menyebar dari suatu titik fokus utama sehingga menempatkan orang-orang yang tinggal di daerah dengan ketinggian rendah berisiko lebih tinggi. Ketinggian pemukiman dan kedekatan dengan daerah semburan air mungkin saling berhubungan, sebab semburan air lebih banyak ditemui di daerah dataran rendah.
Perbaikan infrastruktur sangat penting untuk mengontrol dan membasmi tipus. Kualitas air yang buruk, kurangnya kebersihan, dan adanya pembawa penyakit mengindikasikan bahwa bakteri akan tetap bertahan lama dalam masyarakat meskipun terbatasi oleh kekebalan vaksin saat ini.
"Tanpa mengintegrasikan perbaikan infrastruktur dengan tindakan pengendalian lainnya seperti diagnosis, pengobatan dan vaksinasi, tidak mungkin tipus bisa dikendalikan di tempat-tempat seperti Kathmandu untuk jangka panjang," ucap Dr. Baker.
"Sama seperti John Snow yang merintis pemetaan kolera pada abad kesembilan belas, kami menunjukkan bahwa kebersihan yang buruk menyebabkan air terkontaminasi dan menyebarkan penyakit. Penelitian yang menggabungkan pemetaan akurat dengan teknologi terbaru ini memperkuat pentingnya meningkatkan kualitas pasokan air dan prasarana kebersihan jika ingin serius mengatasi penyakit seperti tipus," kata Dr Jimmy Whitworth, Kepala Kegiatan Internasional Wellcome Trust.
Sumber : detikhealth.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !