Sebuah terobosan baru dapat membantu mencegah krisis bandwidth (data yang keluar-masuk/upload-download ke akun anda) yang berdekatan, yang memungkinkan semua pengguna untuk terus-menerus men-streaming video dan musik tanpa takut penyedia web-nya melampirkan biaya tambahan untuk kelebihan batas bandwidth.
Lulusan Universitas Rice, Lisa Duarte sedang melakukan uji coba pada perangkat Full-Duplex.
(JEFF FITLOW/RICE UNIVERSITY)
Teknologi baru full-duplex, dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Rice, hal ini dilakukan dengan lebih mengefisiensikan komunikasi dengan menggunakan menara sel nirkabel. Perangkat harus melakukan tukar-menukar data dengan menara sel, yang mana biasanya dilakukan melalui dua frekuensi. Namun full-duplex, dapat melakukan hal ini hanya dengan menggunakan satu frekuensi dan dapat bekerja dengan perangkat nirkabel termasuk ponsel dan tablet.
Bandwidth seringkali melewati batas, dan meskipun hal itu belum membuat pengaruh yang besar, namun perusahaan-perusahaan sedang berjuang untuk mencari solusinya. Di Kanada, AT&T DSL, sudah menetapkan kapasitas bulanan 250 GB dan mengenakan biaya 10 dollar AS (85.000 rupiah) untuk setiap penambahan 50 GB. Untuk mengatasi ini, Netfix harus memotong ukuran videonya bagi pengguna Kanada, artinya mereka mendapat kualitas gambar dan video yang lebih rendah, begitu juga dengan kualitas HD (High Definition).
Sebuah laporan mengenai peringatan kekeringan bandwidth di masa yang akan datang dirilis pada April oleh Public Knowledge, yang menyatakan, “Era bandwidth yang melimpah, biaya rendah, sedang mendekati akhir. Pasokan bahan baku ekonomi informasi kami yang sedikit dengan cepat akan berkurang.”
Laporan itu menyalahkan layanan bandwidth hogs (babi/gemuk) dan layanan over-the-top (melampaui maksimum) termasuk Netfix, Skype, dan Google dalam mengonsumsi secara gratis sejumlah bandwidth secara berlebihan, tanpa menyediakan layanan balik apapun yang berharga, lagi pula, walaupun hal itu sekarang mungkin tidak terlihat sebagai masalah besar, namun jangka panjangnya suram. Karena sekali bandwidth hilang, ia akan hilang selamanya.
Full-duplex bertujuan untuk mengubah hal ini. Sebuah koran yang memperdebatkan teknologi ini mungkin telah dirilis pada 2010, yang menurut Universitas Rice, hal ini memicu perlombaan di seluruh dunia untuk menunjukkan bahwa teknologi ini benar-benar dapat digunakan dalam jaringan yang nyata. Sebuah kinerja yang diperlihatkan secara real-time akan dijadwalkan pada musim panas ini untuk menetapkan rekor kinerja baru, dan menghasilkan kualitas sinyal setidaknya 10 kali lebih baik daripada hasil apapun yang pernah dipublikasikan sebelumnya.
“Kami telah menunjukkan bahwa cara kami dapat mendukung kelancaran yang lebih tinggi dan kehandalan link yang lebih baik daripada apapun yang pernah ditawarkan, yang mana merupakan nilai tambah dalam pengiriman nirkabel,” kata Ashutosh Sabharwal, professor jurusan teknik elektro dan komputer di Universitas Rice dalam sebuah siaran pers.
Teknologi ini telah menarik minat perusahaan nirkabel. Menurut Sabharwal, full-duplex dapat digunakan pada perangkat yang sudah ada, tetapi masih membutuhkan beberapa perangkat keras baru, yakni sebuah antena jenis baru yang mereka kembangkan yang mereka juluki multiple-input multiple-output (MIMO).
Pada dasarnya teknologi ini bekerja dengan menggunakan sebuah antena tambahan dan beberapa pemrograman tweak untuk mengirim data. MIMO menggunakan beberapa antena untuk meningkatkan kinerja keseluruhan. Kami mengambil keuntungan dari banyaknya antena untuk skema full-duplex kami, yang merupakan alasan utama mengapa semua pengiriman nirkabel sangat nyaman dengan teknologi kami,” kata Sabharwal.
Meskipun full-duplex mungkin masih jauh, menurut Sabharwal, teknologi ini sudah mulai harus memukul pasar hanya dalam beberapa tahun saat pengiriman secara nirkabel di-upgrade ke jaringan 4,5G atau 5G.
Sumber : epochtimes.co.id
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !