Jakarta - Karbon dioksida yang kita embuskan dan bau badan dari kulit kita ternyata menjadi petunjuk jalan bagi nyamuk betina saat berburu manusia yang tepat sebagai mangsa sekaligus inang penyebaran penyakit, seperti malaria, dengue, dan demam kuning. Itu terungkap lewat riset dua ahli serangga di University of California, Riverside, Amerika Serikat.
Kedua ahli entomologi itu melakukan eksperimen untuk mempelajari bagaimana nyamuk betina Aedes aegypti, nyamuk yang menularkan penyakit kuning dan dengue, merespons embusan karbon dioksida dan bau badan manusia.
Laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology itu mengungkap bahwa embusan karbon dioksida dari napas adalah sinyal pertama yang dideteksi oleh nyamuk. Selanjutnya, serangga itu mengikuti bau yang dikeluarkan kulit untuk menemukan manusia.
Hasil studi Ring Cardé, dosen entomologi di University of California, dan Teun Dekker, yang pernah terlibat dalam laboratorium Cardé dan kini mengajar di Swedish University of Agricultural Research, dapat memberi petunjuk bagaimana bau dapat digunakan dalam kandang jebakan untuk menghadang dan menangkap nyamuk pemburu inang.
Di laboratorium, para ilmuwan melepas nyamuk penyebar penyakit demam kuning ke sebuah terowongan angin yang khusus dibuat untuk studi ini, dan merekam jalur penerbangannya. Mereka menemukan bahwa nyamuk hanya sebentar terbang melawan angin ketika karbon dioksida hanya sedikit, namun nyamuk akan tetap terbang melawan angin ketika konsentrasi karbon dioksida di udara begitu kental dan mengindikasikan kehadiran mangsa hidup.
“Karbon dioksida menginduksi orientasi terbang melawan angin yang jauh lebih cepat dan langsung daripada bau tubuh,” kata Cardé. “Eksperimen kami menunjukkan bahwa respons nyamuk demam kuning terhadap bau tubuh membutuhkan paparan yang lebih lama daripada karbon dioksida untuk memicu nyamuk terbang melawan angin.”
Demam kuning adalah penyakit akibat virus yang menewaskan sekitar 300 ribu orang di seluruh dunia setiap tahun. Dengue atau demam berdarah, penyakit viral lainnya, menginfeksi 50 juta hingga 100 juta orang setiap tahun dan menewaskan 12,5 juta orang.
Sumber : www.tempo.co
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !