Pada 9 Juni lalu, media Inggris mempublikasikan serangkaian foto fenomena ‘perjodohan boneka’ yang tersiar secara rahasia di beberapa negara. Foto-foto tersebut merupakan hasil karya fotografer majalah terkenal, National Geographic, yang melakukan investigasi di India, Yaman, dan negara lainnya, untuk mengungkap nasib tragis para pengantin cilik di tempat itu.
Nasib anak-anak perempuan di dalam foto diatas berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Mereka adalah pengantin cilik, anak-anak yang dipaksa menikah pada usia yang sangat belia. Hal ini telah melukai hati mereka, memaksa mereka untuk tumbuh dewasa terlampau cepat, bahkan beberapa dari mereka diperkirakan tidak berumur panjang. (NATIONAL GEOGRAPHIC)
Pengantin Cilik Dinikahkan Pada Malam Hari
Menurut laporan majalah National Geographic, anak-anak dipaksa untuk menikah sesuai dengan adat mereka. Bahkan sebagian anak perempuan itu masih berusia 5 tahun!
Di India, anak perempuan antara usia 4-5 tahun sudah dapat disandingkan dengan anak laki-laki. Di Yaman, Afghanistan, Ethiopia, dan negara-negara lainya, juga memiliki angka pernikahan anak yang cukup tinggi. Sejumlah besar anak perempuan itu sudah dinikahkan sejak dini. Suami mereka, selain laki-laki dewasa yang masih muda, juga terdapat laki-laki yang memperkosa dahulu baru menikah, duda yang kehilangan isterinya pada usia pertengahan, bahkan kakek-kakek yang sudah beruban.
Kebanyakan pernikahan paksa ini dilakukan sebagai hubungan bisnis, dianggap sebagai kado, bahkan sebagai cara untuk menghapus dendam antar suku. Acara ini sering kali dilakukan pada malam hari. Terkadang, agar kegiatan ini berhasil, seluruh dusun sepakat menganggap pernikahan cilik ini sebagai ritual rahasia agar bebas dari campur tangan polisi.
Kisah Anak Perempuan 10 Tahun Yang Mengharukan
Reporter Cynthia Gorney, dan fotografer Stephanie Sinclair, dari majalah National Geographic, telah melakukan reportasi investigatif di Yaman dan Rajasthan, India, untuk meliput kisah pengantin cilik tersebut. Di India, perempuan diatas usia 18 tahun baru memperoleh hak menikah secara sah. Oleh sebab itu, ketika anak-anak yang berusia 4-5 tahun itu dipaksa menikah, nama mereka tidak mungkin diungkapkan kepada jurnalis.
Di Rajasthan, India, seorang anak perempuan, Rajani, 5 tahun, digendong oleh pamannya dari atas ranjang anak-anak, lalu di bawah pengaturan keluarganya, dia dinikahkan dengan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun pada malam hari. Rajani sama sekali tak mengerti apa-apa, bahkan sebelum acara ritual pernikahan dimulai, dia tertidur pulas karena kelelahan. Bagaimana nasib Rajani setelah itu, tidak ada seorangpun yang tahu.
Selanjutnya adalah Nujood Ali, 10 tahun, yang menjadi pengantin 3 tahun silam di Yaman. Ketika dirinya berusia 8 tahun, di bawah pengaturan kedua orang tuanya, dia dinikahkan dengan seorang kurir motor yang berusia 30 tahunan. Sang ayah yang penganggur pun memperoleh emas pernikahan sebesar 250 Dolar AS (sekitar 2.100.000 Rupiah).
Di bawah kesaksian kedua orang tua, 15 saudara laki-laki, dan saudara perempuannya, Nujood pindah mengikuti sang suami yang baru dinikahinya ke rumah baru. Yang terjadi adalah pemukulan dan penyerangan seksual setiap malam. Dia merengek-rengek memohon kedua orang tuanya agar menghentikan pernikahan itu, tapi mereka menolak dengan keras. Akhirnya, Nujood secara cerdik berhasil melarikan diri dari rumah suami, dan pergi ke pengadilan untuk memohon perceraian seorang diri.
Sebuah buku berjudul, “Saya Nujood, 10 tahun, dan Bercerai,” telah diterbitkan dalam 30 bahasa dan sudah tersebar di seluruh dunia. Kini, Nujood tinggal di rumah orang tuanya dan telah kembali bersekolah.
Sebuah laporan menjelaskan, banyak pengantin cilik yang mengalami serangan seksual dan penganiayaan, hamil dan melahirkan di usia terlalu belia, ditambah dengan ancaman, hujatan, dan pemukulan oleh suami sendiri, keluarga suami, bahkan keluarga sendiri, maka para pengantin perempuan cilik itu mengalami trauma yang sangat berat, luka fisik, akibatnya, mereka biasanya tidak berumur panjang.
Anggota NGO (organisasi non pemerintah) yang didukung oleh UNICEF, Tostan, berpendapat, adat buruk ini tidak mudah untuk dihapus, bahkan dengan cara mengisolasi pengantin cilik ini terhadap lingkungannya sekalipun. (The Epoch Times / whs)
Sumber : epochtimes.co.id
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !