Tidak seperti carding yang sebenarnya melulu mengandalkan nasib baik, kegiatan hacking dan cracking memang betul-betul memerlukan otak dan kemampuan teknis yang lebih tinggi.
Sebelum berbincang lebih lanjut soal hacker, kita perlu tahu dulu bahwa pengertian hakcer itu sebenarnya tidak selalu berkonotasi negatif. Kalau dilihat per-definisi, bisa dikatakan bahwa hacker sebenarnya hanyalah peminat komputer yang karena rasa ingin tahunya begitu tinggi ditambah kemampuannya yang memang mumpuni menjadikan dia bisa menguasai seluk beluk sistem dengan sempurna. Ada hacker yang menggunakan kemampuannya untuk hal positif, namun ada juga hacker yang kebablasan menggunakan ilmunya untuk hal negatif, bahkan destruktif. Nah, tipe hacker macam ini yang biasa kita sebut sebagai cracker alias pembobol itu.
Lepas dari soal definisi, dunia hacker sebenarnya adalah dunia yang rada remang-remang untuk orang kebanyakan kayak kita-kita ini. Soanya memang tidak ada patokan yang jelas, mengapa seseorang disebut sebagai hacker. Bisa jadi ada user yang suka ‘petantang-petenteng’ dengan kemampuanya, lantas secara tidak resmi oleh lingkungannya dijuluki sebagai hacker, padahal sebenarnya kemampuannya masih cetek. Tidak juga menutup kemungkinan ada orang yang jago tapi tidak menunjukkan kemampuannya secara terang-terangan sehingga tidak ada orang yang melabelinya dengan julukan itu. Pendeknya sejauh ini, julukan hacker itu lebih banyak berkaitan dengan pengakuan, baik dari lingkungan atau dari komunitas sesama hacker.
Lain hacker, lain pula craker. Para cracker umumnya lebih gampang dikenali (dan mendapat pengakuan) lewat “karya” mereka yang destruktif itu. Inilah yang menyebabkan banyak crackers melakukan berbagai tindak perusakan, hanya untuk menunjukkan eksistensinya sekaligus untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya.
Bagi kebanyakan orang, aksi para hacker biasanya diidentikkan dengan pembobolan situs web atau penggantian tampilan di halaman muka sebuah situs. Tindakan semacam ini (bahasa kerennya: defacing) memang cukup marak akhir-akhir ini, malahan baru beberapa hari yang lalu, situs Tempo Interaktif sempat jadi korban dari tindakan ini. Namun demikian, hacker tidak selalu identik dengan tindakan-tindakan semacam ini. Defacing cuma salah satu saja dari aksi-aksi destruktif para hacker (tepatnya: cracker), dan motif tindakan inipun beragam. Mulai dari sekedar menunjukkan kemampuan, persaingan dagang atau malahan motif politik.
Contoh kasus defacing bermotif politik pernah terjadi beberapa tahun lalu waktu kita masih ribut dengan Portugal soal Timor-Timur (sekarang Timor Leste). Saat itu, situs Deplu pernah di-deface oleh hacker Portugal. Caranya mengganti tampilan di halaman mukanya dengan foto Menlu Indonesia (kala itu), Ali Alatas yang direkayasa sedemikian rupa sehingga terihat seolah-olah ia sedang mengacungkan jari tengahnya (tahu kan artinya?). Walaupun tanpa banyak gembar-gembor, aksi ini juga sempat dibalas oleh hacker Indonesia dengan mematikan TLD (Top Level Domain) .pt milik Portugal selama beberapa menit sehingga situs-situs negara tersebut tidak dapat diakses.
Modus utama dari kegiatan hacking sebenarnya adalah menembus masuk dalam satu sistem milik orang lain dan kemudian mengutak-katiknya. Hacker 'baik-baik' umumnya tidak melakukan perusakan apapun karena yang dicari bukan itu, melainkan hanya kebanggaan karena telah berhasil membuktikan kemampuannya. Kadang-kadang mereka malahan meninggalkan pesan kepada administrator sistem yang dimasukinya bahwa sistem yang ia kelola punya kelemahan yang perlu diperbaiki.
Sayangnya, ada juga hacker-yang kalau di dunia persilatan bisa disamakan dengan penganut aliran sesat-yang justeru memanfaatkan momen ini untuk melakukan perusakan, contohnya yang barusan kita bahas itu, defacing. Selain defacing, hacker yang menembus sebuah sistem juga seringkali melakukan aksi pencurian data-data penting yang ada dalam sistem yang dimasukinya. Lucunya, situs-situs milik badan pemerintah Amerika Serikat macam CIA atau FBI justeru paling sering jadi korban. Untungnya, diantara para hacker yang berhasil mencuri data-data sensitif itu jarang ada yang mengkomersialkan atau membocorkannya ke pihak luar. Bisa jadi tindakan itu hanya dilakukan karena ada unsur tantangan dan yang dicari adalah kepuasan karena dapat mematahkan tantangan tersebut plus unsur gengsi juga karena bisa menembus sistem milik lembaga yang terkenal 'angker' itu.
Walaupun tetap bukan untuk dibanggakan, hacker Indonesia tergolong cukup disegani juga. Masih ingat kasus seorang remaja Indonesia (yang namanya baiknya nggak usah disebutin disini) yang berhasil membobol sistem milik sebuah Universitas di Singapura sekitar 2 tahun lalu? Ini cuma salah satu kasus diantara beberapa contoh 'keberhasilan' hacker asal negeri ini. Tapi ini mungkin juga menunjukkan bahwa orang Indonesia memang dari 'sono'nya punya mental perusak. Who knows?
Ngomong-ngomong, bagaimana sih cara kerja para hacker? Baiknya pertanyaan ini jangan diajukan ke saya karena saya juga bukan hacker. Konon sih, aksi hacking itu lebih berat ke 'seni' ketimbang teknik. Sama seperti tidak ada manual khusus bagaimana menjadi maling yang efektif, tapi setiap maling profesional tentu punya trik andalan sendiri-sendiri, entah dengan membuat kunci palsu, mencongkel kaca nako, atau dengan menodong pemilik rumah :).
Sebagaimana halnya maling, para hacker dalam beraksi juga punya 'style' sendiri-sendiri, tapi intinya tetap sama: mencari lubang sekuriti (security hole) di sebuah sistem, lantas meng-eksploitir agar bisa masuk ke sistem itu. Apa saja lubang sekuriti di sistem itu? Bisa macam-macam, antara lain di softwarenya. Mereka umumnya telah punya pengetahuan soal OS yang biasa digunakan untuk menjalankan sebuah sistem serta titik-titik lemahnya. Dengan memanfaatkan titik lemah tesebut (tentunya dengan trik-trik tertentu), maka sebuah sistem dapat dijebol. Hacker yang 'sakti' malahan punya kemampuan mencari dan menemukan lobang sekuriti ini untuk kemudian memanfaatkannya.
Pada umumnya, hacker bukan tipe orang yang pelit untuk berbagi ilmu, karenanya, satu trik biasanya sering disebarluaskan ke komunitas sesama hacker, bahkan terkadang ada juga yang mendevelop perangkat lunak khusus untuk menjebol sistem sehingga bagi orang yang tidak punya pengetahuan teknis sekalipun dapat juga melakukan aksi hacking denga bantuan perangkat lunak ini. Akibatnya ulah mereka makin memusingkan saja bagi para administrator sistem.
Sumber : dhani.singcat.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !