Sebenernya kejadian ini sudah terjadi sekitar 3 bulan yang lalu, tepatnya pada bulan April, tapi ada baiknya saya ulas kembali, agar para pengguna KRL ekonomi Jabotabek, khususnya kaum perempuan lebih berhati-hati. Pelecehan seksual adalah ancaman serius bagi pengguna jasa transportasi umum di Jakarta yang dikenal tidak nyaman dan tidak aman. Peristiwa tak mengenakkan itu tak luput juga terjadi di KRL Ekonomi.
Seperti yang terjadi pada S, seorang karyawati di kawasan Sudirman, Jakarta, ini. Pelecehan seksual oleh gerombolan pria ini diceritakan oleh rekan S, Dina Nirmala, kepada detikcom, Selasa (26/4/2011). Setelah peristiwa itu, S yang berjilbab, langsung shock dan terus menerus menangis. Berikut cerita lengkap Dina yang juga diposting di milis KRL-Mania:
Pagi ini saat datang ke kantor, saya agak terkejut melihat salah satu rekan kerja hanya tertunduk menangis dan badannya gemetar. Setelah ditanya, dengan susah payah rekan saya ini menuturkan pengalaman pahit yang menimpanya.
Pagi ini rekan saya, naik KRL ekonomi jurusan Tanah Abang, jam 8.00 WIB dari Stasiun Universitas Pancasila. Kondisi kereta sangat padat. Mencari posisi nyaman dan aman sangatlah sulit. Terutama ketika ada dorongan orang-orang yang masuk di stasiun berikutnya.
Di dalam kereta, dia tidak mencurigai apapun saat melihat sekitar 10 orang pria bergerombol. Menurutnya usia mereka ditengarai 30-an tahun ke atas. "Tampang mereka baik-baik semua, itu kenapa saya tidak curiga apa-apa," kata rekan saya yang berjilbab ini.
Desakan penumpang dari Stasiun Lenteng Agung, memaksanya masuk lebih jauh ke dalam gerbong. Jadilah ia dikelilingi gerombolan pria tersebut. Dan hal tak terduga terjadi ketika pria yang berada di belakangnya mulai menurunkan tangan.
Ternyata pria itu sedang membuka celana panjang, mengeluarkan alat vital, dan mulai mengesek di bagian belakang rekan saya. Teman-teman pria itu seperti menutupi keadaan yang ada. Yang lebih miris, ketika rekan saya ini berteriak minta tolong, tidak ada yang bisa membantu karena kondisi kereta sangat padat.
Satu ketika saat rekan berteriak, "Pak tolong, saya mohon jangan dorong, kereta sudah padet dan saya terjepit". Gerombolan pria tersebut malah tertawa. Seperti kegirangan dan makin jadi menggesek bagian belakang rekan kerja saya. Pria itu sedikit mendesah dan mengeluarkan kata-kotor kotor di kuping rekan kerja saya.
Setelah bersusah payah teriak dan merangsek menuju pintu, rekan saya turun di Stasiun Pasar Minggu lalu naik ojek ke kantor. Sambil bercerita, ia tak henti mengeluarkan air mata dan badannya terguncang karena shock dan trauma. Saya sangat prihatin dengan kondisi yg terjadi atas dirinya pagi ini.
Saya rasa masih banyak kasus-kasus seperti ini tapi korban tidak berani mengadu. Lalu kemana jika harus mengadu? KCJ (PT Kereta Api Commuter Jabodetabek)? Akankah ada tindakan nyata dari pihak KCJ?
Mungkin bisa dengan mudah bicara untuk menyalahkan korban dengan mengatakan, 'Harusnya korban bisa membela diri', 'Harusnya korban bisa begini dan begitu,' atau yang lebih ekstrim lagi, 'Ya harusnya jangan naik kereta ekonomi kalau mau nyaman.' KRL Ekonomi ataupun KRL Ekspress, berapapun harga tiketnya, kita sebagai penumpang yang sudah membayar berhak mendapatkan pelayanan yang layak. Dan itu harga mati!
Pagi ini saya berkabung untuk sekian kalinya terhadap pelayanan kereta yang buruk. Sudah berulang kali dikatakan buruk, tetapi seperti bangga akan keburukannya dengan selalu aktif menambah banyaknya masalah. Gangguan Wesel, persinyalan, dan kereta mogok di sana-sini. Kejadian pagi ini hendaknya menjadi pelajaran berharga buat semua orang.
Sumber : detiknews.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !