Norwegia, sebuah negara anti-kekerasan yang rutin menggelar penganugerahan Nobel Perdamaian Dunia seolah runtuh. Bom berkekuatan besar meledak di pusat pemerintahan di Oslo, Jumat 22 Juli 2011. Dua jam usai ledakan, tragedi berlanjut dengan aksi penembakan brutal di Pulau Utoya, 30 kilometer dari Oslo. Lebih 80 orang tewas di pulau itu.
Setelah peristiwa tersebut, dunia internasional dan warga Norwegia bertanya-tanya, siapa pelakunya? Anders Behring Breivik, pria 32 tahun berperawakan tinggi, dengan rambut pirang dan mata biru, dituding sebagai biang keladi tragedi kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia II yang melanda negara Skandinavia itu. Tidak banyak keterangan yang bisa digali tentang Anders. Informasi tentang pemuda taat beribadah itu terungkap dalam akun facebooknya. Anders adalah pria yang dikenal sebagai pemeluk Kristen yang taat. Anders menuliskan ketertarikannya pada aspek olah tubuh dan memiliki perasaan yang peka terhadap sesama.
Tak ada yang aneh dari Anders Behring Breivik. Tidak ada catatan perbuatan kriminal yang tertoreh dalam data kepolisian. Pemuda ini pun tak memiliki latar belakang kemiliteran. Anders diperkirakan besar di Oslo dan menempuh jenjang pendidikan di sekolah manajemen Oslo. Kelar menuntaskan pendidikannya, Anders meninggalkan kota dan membangun lahan pertanian milik keluarga. Media elektronik TV2 menyebut, pertanian Anders mengembangkan sayur, umbi dan buah.
”Saat masih kanak-kanak, dia adalah seorang anak laki-laki biasa, tetapi penyendiri. Dia tak tertarik pada politik saat itu,” tutur ayah Anders, Jens Breivik, yang mengaku masih terkejut mengetahui anaknya adalah pelaku pembantaian 76 orang di Norwegia, Jumat pekan lalu.
Jens masih bekerja sebagai diplomat di Kedutaan Besar Norwegia di London, Inggris, saat Anders lahir, 13 Februari 1979. Ibu Anders adalah seorang perawat, yang diceraikan Jens saat Anders berusia 1 tahun. Sejak saat itu, Anders dibesarkan ibunya di Oslo, di tengah lingkungan keluarga kelas menengah. Dalam catatan pribadi yang ia unggah di internet, Anders mengaku tak pernah punya masalah besar atau kesulitan keuangan semasa kanak-kanak.
”Saya beruntung dibesarkan dengan orang-orang cerdas dan bertanggung jawab di sekitar saya,” tutur Anders, yang menyebut kedua orangtuanya adalah pendukung Partai Buruh Norwegia.
Salah satu teman sekolah Anders, Michael Tomala, mengaku kaget melihat Anders saat ini menjadi pembenci imigran dari negara-negara Timur Tengah. ”Salah satu teman baiknya dulu adalah seorang dari Timur Tengah, dan waktu itu mereka terlihat berteman baik sampai lulus SMP,” kenang Tomala.
Pemuda ini diketahui tak aktif lagi menggunakan media jejaring sosial facebook dan twitter sejak 17 Juli lalu. Dalam status terakhirnya di FB, Anders mengutip kata-kata filsuf John Stuart Mill, "Satu orang dengan kepercayaan sama dengan 100.000 orang yang memiliki ketertarikan". Sejak itulah Anders tak pernah lagi muncul di jejaring sosial dunia maya.
Aksi tunggal?
Berdasar dokumen internet yang kini disita polisi, Breivik diduga merencanakan aksinya sejak 2009. Ia memulainya dengan membangun bisnis pertanian sebagai kedok untuk pembelian bahan peledak. Terbukti pada Mei lalu, ia membeli sekitar 6 ton pupuk yang diduga kuat sebagai bahan baku bom yang meledak di jantung kota Oslo, Jumat lalu.
Jika akses membeli bahan baku bom ia miliki lewat usahanya di bidang pertanian, izin kepemilikan senjata api ia miliki melalui hobinya berburu. Di Norwegia, memiliki senjata api pribadi bukan hal sulit. Pada 1 Januari 2010, sebanyak 439 ribu warga Norwegia tertera di Daftar Pemburu Norwegia. Itu artinya, setiap satu dari 10 warga Norwegia memiliki senjata api. Sebagian besar pemilik memilih senjata semi-otomatis dan senapan bolt-action dengan alasan untuk keperluan berburu.
Sementara kepiawaiannya menembak mungkin ia dapat melalui kegiatannya di organisasi sayap kanan neo-nazi Norwegia. Bersama anggota fanatik organisasi ini, ia aktif berlatih menembak di Oslo Gun Club untuk mempersiapkan perang salib berikutnya yang mereka yakini. Sang pengacara, Geir Lippestad, mengatakan Breivik melakukan pemboman dan penembakan itu seorang diri. Merencanakannya sejak lama, Breivik menganggap kebrutalan yang dilakukannya merupakan suatu keharusan, meskipun sangat mengerikan. "Ia mengaku bertanggung jawab," kata sang pengacara.
Meski Breivik, yang tak memiliki catatan kriminal sebelumnya, mengaku sebagai pelaku tunggal, polisi tetap menelusuri kemungkinan keterlibatan orang lain dalam tragedi ini. "Keterangan para saksi penembakan di pulau Utoya membuat kami tidak yakin mengenai kepastian jumlah pelaku," kata Kepala Polisi Sveinung Sponheim.
Terlepas dari perdebatan aksi tunggal atau kelompok, tragedi kemanusiaan tersebut menunjukkan wajah terorisme sesungguhnya. Tragedi yang menewaskan lebih 90 korban tewas, dan puluhan korban luka itu, menegaskan bahwa terorisme tak terkait ajaran agama tertentu. Terorisme sebatas paham menebar ketakutan.
Sumber :
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !