Jakarta - Siapa sesungguhnya pengirim short Message Service Tipuan berantai "Mama Minta Pulsa"? Komplotan penebar pesan pendek itu ternyata adalah narapidana Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara.
"Mereka melakukan aksi penipuan dengan telepon seluler dari dalam penjara" kata Kepala Sub Direktorat Cybercrime Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hermawan, Selasa 4 Oktober 2011 siang.
Komplotan ini terbongkar setelah awal September lalu, Polda Metro Jaya mendapat laporan dari warga Medan yang menjadi korban penipuan dari telepon seluler. Korbannya adalah seorang ibu-ibu bernama Sarabjit Kaur. Uang Sebanyak Rp 126 juta melayang dari rekening korban lantaran ditipu pelaku.
Setelah ditelusuri, pelakunya adalah enam orang narapidana Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara. Keenamnya rata-rata dihukum penjara lebih dari sepuluh tahun. Mereka adalah Andin, Bureng, Fredi, Tompul, Zul, dan Anto.
Tersangka Tompul, kata Hermawan, dipenjara atas kasus perampokan dan pembunuhan. Ia dihukum penjara 17 tahun. Tersangka Andin, yang berperan sebagai otak penipuan, dihukum penjara 17 tahun atas kasus Narkotik dan Obat-obatan.
Dari keterangan para tersangka, aparat kemudian mengetahui bahwa komplotan inilah yang kerap menebar SMS (Short Message Service) tipuan. Hermawan mengatakan Isi SMS yang mereka kirim bervariasi. Tujuannya, untuk meraup pulsa atau uang dari rekening dari korban penipuan.
“Ada yang mama minta pulsa, ada SMS yang mengaku anaknya sedang di rumah sakit, ada juga yang telepon mengaku-ngaku sebagai kerabat kemudian minta uang,” kata Hermawan.
Dari keterangan enam tersangka itu pula kemudian polisi mengetahui bahwa hampir seluruh narapidana di Tanjung Gusta kerap melakukan penipuan dengan modus serupa. Jumlah seluruh napi di sana, kata Hermawan, ada sekitar 1.800. “Pelaku bilang semua kawan-kawan di sana juga main tipu-tipu SMS,” ujarnya.
Hermawan mengatakan para narapidana memanfaatkan celah penjagaan Lembaga Pemasyarakatan yang longgar untuk menyelundupkan telepon seluler ke dalam penjara. Penjara itu, kata Hermawan, hanya dijaga oleh belasan petugas. Untuk memuluskan aksi penyelundupan, narapidana kerap menguliti telepon seluler hingga tersisa tuts nomor dan layarnya saja. “Ada yang diselipkan ke dalam telur dan juga roti,” katanya.
Meski telah menangkap satu komplotan penipu melalui SMS, Hermawan mengatakan penipuan dengan modus ini masih akan terus terjadi. “Saya yakin tetap ada karena mudah dilakukan,” ujarnya.
ANANDA BADUDU
Sumber : www.tempo.co
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !