MASIH membahas tentang aliran musik ‘Gothic’ Metal. Defenisi musik Gothic Metal sendiri sampai kini masih mengundang perdebatan, karena gaya komposisi dan estetika musik yang dibawakan begitu beragam. Yang jelas dalam gothic metal, virtuositas pribadi personil ditinggalkan, dan lebih mengutamakan harmoni sebagai konsep utama.
Penampilan dua vokalis dengan tekstur suara yang berbeda kontras (banyak di antara mereka menggunakan dua vokalis pria dan wanita—dengan tipikal ‘Beauty and the Beast), dan sering tampil dengan gaya nyanyi pendeta Gregorian yang antik namun terdengar keren. Sedang pemakaian gitar akustik dan kibor yang menjadi unsur bunyi utama.
Dari segi komposisi, gaya ini lebih mengacu pada konsep musik Doom Metal atau Black Metal, yang melodi dan ritemnya diwarnai bunyi synthesizer yang berat. Seperti vokal pria dan wanita yang tampil bersamaan dalam warna nada yang berbeda, gitar akustik juga menjalin melodi tersendiri dengan gitar listrik, dalam nada yang kadang terdengar rumit. Kibor yang tampil dominan dalam menghadirkan unsur suara string dan alat musik tiup, membuat mereka lebih sering menampilkan harmoni orkestrasi simfonik, hingga gaya musik ini juga disebut sebagai Symphonic Metal.
Dari sisi lirik, nampak gaya yang paling khas, yakni menampilkan tema fantasi yang bersumber pada berbagai kisah legenda fantasi Eropa pada Abad Pertengahan, dengan segala pengembangan dan tafsir yang baru. Tak heran bila nama dan kalimat dalam bahasa Latin sering muncul, juga kisah tentang para ksatria, putri jelita, penyihir, mahluk gaib dan peperangan dahsyat sering diangkat sebagai tema lirik yang memikat, dan berbeda jauh dengan lirik band beraliran Death Metal Amerika yang seringkali bertemakan sadisme yang berdarah dan horor seram.
Aliran musik Gothic Metal memang genre musik yang tampil beda. Perhatikan saja nama-nama ini: Aeternitas, Aion, Atargatis, Labores Somnium, Myriads, Xandria. Mungkin nama-nama ini terlalu indah dan puitis bagi grup metal, yang sebelumnya lekat dengan kesan brutal dan kasar. Gothic metal sebagai genre musik, berkembang di Eropa pada awal tahun 1990-an, sebagai subgenre dari aliran musik Doom Metal, yang banyak menampilkan tema-tema kelam, seperti maut dan sebagainya seperti Artrosis, Cryptal Darkness, Lacrimosa, Mandragora Scream, Type O Negative, Visceral Evisceration.
Sedangkan mereka yang ada di jalur Gothic Black di antaranya Anorexia Nervosa, Bal-Sagoth, Dimmu Borgir, Limbonic Art, Lux Occulta. Yang punya permainan lebih rapi ada di jalur Symphonic Metal, di antaranya adalah: Afte Forever, Autumn, Epica, Therion. Dan, grup lainnya seperti Angra, Excalion, Lunatica dan Stratovarius, oleh para kritisi musik metal ditempatkan di jalur Symphonic Power Metal.
ANATHEMA adalah grup asal Liverpool, yang bersama Paradise Lost dan My Dying Bride mengembangkan genre Doom Death Metal. Personil Anathema adalah tiga bersaudara Vincent (vocal, rhythm guitar), Daniel (lead guitar) dan Jamie Cavanagh (bass), Les Smith (kibor), dan John Douglas (drum). Anathema yang terbentuk di tahun 1990 dengan nama Pagan Angel. Dalam tempo tiga tahun, mereka melejit dan menggelar konser keliling Eropa, disusul penampilan di panggung Independent Rock Festival di Brazil (1994).
Saat merilis album The Silent Enigma, mereka membalik gaya musik dengan menampilkan unsur Gothic yang kental. Walau fans berat mereka menerima perubahan ini, Daniel Cavanagh justru memutuskan keluar untuk bergabung dengan band lain; Antimatter. Untung dia segera balik ke Anathema dan merilis A Natural Disaster (2003), yang menjadi album terbaik mereka. Hingga kini tujuh album telah mereka hasilkan, antara lain: Serenades (1993), The Silent Enigma (1995), Eternity (1996), Alternative 4 (1998), Judgement (1999), A Fine Day to Exit (2001) dan A Natural Disaster (2003).
Nama lain yang cukup berjaya adalah THEATRE OF TRAGEDY, band asal Stavanger, Norwegia ini cukup unik, karena dalam tiga album pertamanya menggunakan lirik lagu bahasa Inggris kuno.
Theatre of TragedyTheatre of Tragedy
Theatre of Tragedy juga mempelopori gaya duo vokal yang kontras; vokalis pria bernyanyi pada nada bas, yang membuatnya terdengar seperti menggeram, —sementara vokalis wanita band ini bernyanyi gaya sopran yang melengking. Theatre of Tragedy yang dibentuk pada tahun 1993 ini, tadinya bernama Suffering Grief, yang kemudian berganti nama menjadi Le Reine Noir sebelum memantapkan diri dengan nama Theatre of Tragedy di tahun 1995.
Kini personil band ini adalah: Raymond István Rohonyi dan Nell Sigland (Vocal), Frank Claussen (gitar), Vegard K. Thorsen (gitar), Lorentz Aspen (kibor) dan Hein Frode Hansen (drum). Biduanita Nell Sigland (The Crest) datang bergabung untuk Liv Kristine. Sejak merilis album pertama yang berjudul Theatre of Tragedy (1995), mereka sudah merilis lima album lagi. Yang terbaru berjudul Storm yang ditilis pada 24 Maret.
Penampilan dua vokalis dengan tekstur suara yang berbeda kontras (banyak di antara mereka menggunakan dua vokalis pria dan wanita—dengan tipikal ‘Beauty and the Beast), dan sering tampil dengan gaya nyanyi pendeta Gregorian yang antik namun terdengar keren. Sedang pemakaian gitar akustik dan kibor yang menjadi unsur bunyi utama.
Dari segi komposisi, gaya ini lebih mengacu pada konsep musik Doom Metal atau Black Metal, yang melodi dan ritemnya diwarnai bunyi synthesizer yang berat. Seperti vokal pria dan wanita yang tampil bersamaan dalam warna nada yang berbeda, gitar akustik juga menjalin melodi tersendiri dengan gitar listrik, dalam nada yang kadang terdengar rumit. Kibor yang tampil dominan dalam menghadirkan unsur suara string dan alat musik tiup, membuat mereka lebih sering menampilkan harmoni orkestrasi simfonik, hingga gaya musik ini juga disebut sebagai Symphonic Metal.
Dari sisi lirik, nampak gaya yang paling khas, yakni menampilkan tema fantasi yang bersumber pada berbagai kisah legenda fantasi Eropa pada Abad Pertengahan, dengan segala pengembangan dan tafsir yang baru. Tak heran bila nama dan kalimat dalam bahasa Latin sering muncul, juga kisah tentang para ksatria, putri jelita, penyihir, mahluk gaib dan peperangan dahsyat sering diangkat sebagai tema lirik yang memikat, dan berbeda jauh dengan lirik band beraliran Death Metal Amerika yang seringkali bertemakan sadisme yang berdarah dan horor seram.
Aliran musik Gothic Metal memang genre musik yang tampil beda. Perhatikan saja nama-nama ini: Aeternitas, Aion, Atargatis, Labores Somnium, Myriads, Xandria. Mungkin nama-nama ini terlalu indah dan puitis bagi grup metal, yang sebelumnya lekat dengan kesan brutal dan kasar. Gothic metal sebagai genre musik, berkembang di Eropa pada awal tahun 1990-an, sebagai subgenre dari aliran musik Doom Metal, yang banyak menampilkan tema-tema kelam, seperti maut dan sebagainya seperti Artrosis, Cryptal Darkness, Lacrimosa, Mandragora Scream, Type O Negative, Visceral Evisceration.
Sedangkan mereka yang ada di jalur Gothic Black di antaranya Anorexia Nervosa, Bal-Sagoth, Dimmu Borgir, Limbonic Art, Lux Occulta. Yang punya permainan lebih rapi ada di jalur Symphonic Metal, di antaranya adalah: Afte Forever, Autumn, Epica, Therion. Dan, grup lainnya seperti Angra, Excalion, Lunatica dan Stratovarius, oleh para kritisi musik metal ditempatkan di jalur Symphonic Power Metal.
Dongeng yang dilagukan
ANATHEMA adalah grup asal Liverpool, yang bersama Paradise Lost dan My Dying Bride mengembangkan genre Doom Death Metal. Personil Anathema adalah tiga bersaudara Vincent (vocal, rhythm guitar), Daniel (lead guitar) dan Jamie Cavanagh (bass), Les Smith (kibor), dan John Douglas (drum). Anathema yang terbentuk di tahun 1990 dengan nama Pagan Angel. Dalam tempo tiga tahun, mereka melejit dan menggelar konser keliling Eropa, disusul penampilan di panggung Independent Rock Festival di Brazil (1994).
Saat merilis album The Silent Enigma, mereka membalik gaya musik dengan menampilkan unsur Gothic yang kental. Walau fans berat mereka menerima perubahan ini, Daniel Cavanagh justru memutuskan keluar untuk bergabung dengan band lain; Antimatter. Untung dia segera balik ke Anathema dan merilis A Natural Disaster (2003), yang menjadi album terbaik mereka. Hingga kini tujuh album telah mereka hasilkan, antara lain: Serenades (1993), The Silent Enigma (1995), Eternity (1996), Alternative 4 (1998), Judgement (1999), A Fine Day to Exit (2001) dan A Natural Disaster (2003).
Nama lain yang cukup berjaya adalah THEATRE OF TRAGEDY, band asal Stavanger, Norwegia ini cukup unik, karena dalam tiga album pertamanya menggunakan lirik lagu bahasa Inggris kuno.
Theatre of TragedyTheatre of Tragedy
Theatre of Tragedy juga mempelopori gaya duo vokal yang kontras; vokalis pria bernyanyi pada nada bas, yang membuatnya terdengar seperti menggeram, —sementara vokalis wanita band ini bernyanyi gaya sopran yang melengking. Theatre of Tragedy yang dibentuk pada tahun 1993 ini, tadinya bernama Suffering Grief, yang kemudian berganti nama menjadi Le Reine Noir sebelum memantapkan diri dengan nama Theatre of Tragedy di tahun 1995.
Kini personil band ini adalah: Raymond István Rohonyi dan Nell Sigland (Vocal), Frank Claussen (gitar), Vegard K. Thorsen (gitar), Lorentz Aspen (kibor) dan Hein Frode Hansen (drum). Biduanita Nell Sigland (The Crest) datang bergabung untuk Liv Kristine. Sejak merilis album pertama yang berjudul Theatre of Tragedy (1995), mereka sudah merilis lima album lagi. Yang terbaru berjudul Storm yang ditilis pada 24 Maret.
Sumber : http://asiaaudiovisualexc09hermawansaputra.wordpress.com/2009/05/20/aliran-musik-gothic-metal-2/
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !