Ini adalah kisah intrik intelijen yang paling kontroversial di penghujung tahun 2006. Seorang mantan agen Rusia, Alexander Litvinenko, dinyatakan tewas karena “keracunan” radiasi bahan radioaktif berbahaya. Lima puluh sembilan hari yang lalu, kematian Litvinenko mengguncang dunia. Persisnya pada 23 November 2006, tim forensik dan koroner Kepolisian Inggris dikejutkan dengan adanya bahan radioaktif Polonium-210 (Po-210) di hampir seluruh bagian tubuh Litvinenko. Bahkan seluruh urine dan cairan tubuh mantan agen itu positif terkena cemaran berat bahan Po-210.
Sampai akhir Desember 2006, penyelidikan terus dilakukan dan Kepolisian Inggris menemukan jejak radiasi yang menyebar di berbagai lokasi di Inggris. Termasuk dalam empat pesawat (3 di antaranya milik British Airways). Penyelidikan terus dilakukan untuk mengungkap kematian sang mantan agen. Bahkan petugas khusus kepolisian Inggris sampai melakukan kunjungan dinas ke Moskow, Rusia, untuk membicarakan kasus tersebut. Namun pihak Rusia menolak keras mereka terlibat dalam kasus kematian tersebut.
Awal Kehebohan
Alexander Litvinenko adalah seorang mantan agen KGB Rusia yang melarikan diri ke Inggris. Di negara itu, seperti para pelarian Rusia lainnya, Litvinenko bergabung dengan sebuah gerakan yang mengecam negara asal mereka Rusia dan “serangan pedas” terhadap Presiden Vladimir Putin. Pada 1 November 2006, Litvinenko mendadak jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Ia meninggal tiga minggu kemudian dan menjadi korban kedua yang diketahui meninggal karena keracunan radiasi Po-210 yang mematikan, dan yang pertama dalam kondisi yang sangat mencurigakan.
Kenyataan bahwa penyingkapan rahasia oleh Litvinenko tentang kejahatan-kejahatan FSB yang kemudian diikuti oleh peracunannya dan tuduhan-tuduhan terbukanya bahwa pemerintah Rusia berada di balik penderitaannya menyebabkan kasus ini diberitakan di media seluruh dunia. Pemerintah Britania menyelidiki kasus kematiannya dan dilaporkan pada 1/12/ 2006 bahwa para ilmuwan di Atomic Weapons Establishment Inggris telah menelusuri sumber poloniumnya ke sebuah pembangkit tenaga listrik di Rusia.
Pada 3 Desember 2006, Inggris telah menuntut hak untuk berbicara sekurang-kurangnya dengan lima orang Rusia yang dituduh terlibat dalam kematian Litvinenko, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa Moskow bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang konkret. Namun menolak dilakukan ekstradisi dan pertanyaan diajukan di depan Jaksa Agung Rusia.
Racun radioaktif?
Pembunuhan ini belum terungkap. Walau sebelum mati, Litvinenko mengatakan bahwa ia diracuni agen-agen Rusia. Ia menuduh Presiden Rusia, Vladimir Putin yang memerintahkan pembunuhan tersebut. Yang menghebohkan, ada dugaan bahwa bahan Po-210 yang dijejalkan ke tubuh Litvinenko terlalu banyak dan berlebihan. Padahal bahan radiaktif berbahaya itu sangat mahal nilainya.
Keterangan ilmiah, satu unit Po-210 saja dijual di bawah protokol ketat senilai 69 dolar AS, sementara dosis mematikan untuk manusia memerlukan 15.000 unit. Untuk itu dibutuhkan biaya 1 juta dolar AS lebih. Sementara temuan forensik dan koroner Inggris menunjukkan konsentrasi Po-210 sejumlah 10 kali lipat dosis mematikan untuk manusia. Itu berarti diperlukan 10 juta dolar AS atau sama dengan 95 miliar rupiah!
Akibat nilai uang yang begitu besar dan bahan radiasi berbahaya Po-210 yang demikian banyak, kasus ini menjadi menarik dan menimbulkan kontroversi yang menghebohkan dunia. Untuk apa semua itu dilakukan? Masih menjadi pertanyaan besar.
Sumber : triy.wordpress.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !