Meninggalnya CEO Apple Steve Jobs menjadi duka bagi dunia. Tak cuma Amerika Serikat yang kehilangan 'penemu dan CEO terbaik mereka', tapi salah satu negara di Timur Tengah juga kehilangan 'putra' mereka. Ya! Steve Jobs ternyata tak berdarah asli AS. Ayah kandungnya berasal dari Suriah. Di dunia maya, banyak ucapan belasungkawa yang datang dari negeri leluhur Jobs. Ahmed (28), yang ditemui di Suriah mengatakan ia bangga atas Steve Jobs. Namun ia juga mengakui seandainya Jobs lahir di Suriah maka tak mungkin ia bisa seinovatif saat ini.
Di dunia twitter misalnya, banyak warga Suriah yang berkicau soal kepergian Jobs. Seperti beberapa di bawah ini:
- Steve Jobs = Great argument for a free # Syria# geniusNeedsFreedom # stevejobs kkhelil October 6, 2011 at 22:48
- The wrong Syrian died yesterday # SteveJobs # Syria# bashar ArabianSaluki October 6, 2011 at 21:52
- The most unique thing about # SteveJobs is that he is Homsi :P # Syria Homsi :P # Syria KareemLailah October 6, 2011 at 16:02
- Syrians today are definitely revolutionary in every possible way: # syrians # SteveJobs # Adonis # Syria LR1512 October 6, 2011 at 15:32
- Another great Syrian died today # iSad # SteveJobs# Syria , No Comparisons , all great in his own way October 6, 2011 at 15:41 damascus64
Tak banyak memang yang tahu kalau Jobs punya darah Suriah yang mengalir di tubuhnya. Ayah biologis Jobs, lahir di kota Homs yang merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut. Homs juga menjadi salah satu basis perlawanan rev olusi Suriah yang sampai saat ini masih berlangsung.
Saat muda, ayah Jobs kuliah di American University di Beirut. Dia adalah Abdulfattah Jandali. Jandali bertemu Joanne Carole Schieble, ibu biologis Jobs, saat keduanya kuliah di Wisconsin pada 1950an. Demikian penuturan Jandali pada harian Al-Hayat. Lima tahun berhubungan dan punya anak (Jobs) keduanya akhirnya mengambil jalan pahit. Menyerahkan anak semata wayang mereka untuk diadopsi orang tua lain.
Jandali berkata, "Saya harus menyerahkan Jobs karena ayah Joanne tidak merestui hubungan kami. Dia orang yang sangat konservatif. Maka Joanne sepakat menyerahkan Jobs untuk adopsi," kata dia.
"Seandainya pun, kami tidakk menyerahkan Jobs. Saya tetap yakin Jobs akan seterkenal sekarang. Otaknya memang encer. Dia memang tak lulus kuliah, tapi saya kira dia akan berhasil dalam apapun bidangnya," kata Jandali lagi.
Jandali mengakui ia tak akrab dengan Jobs. Meskipun ia beberapa kali mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun. "Tapi tak ada dari kami yang berani lebih dekat lagi. Saya rasa kalau dia (Jobs) ingin bertemua saya ia tahu harus ke mana."
Menurut Jandali, Jobs paham betul darah Arab yang mengalir di tubuhnya tapi Jobs tak ambil pusing. Dia punya sikap sendiri terkait hal ini. Jandali sekarang berumur 80 tahun. Dia mantan profesor politik. Saat ini Jandali tinggal di Nevada, dia dapat jabatan sebagai salah satu eksekutif di Reno Nevada.
Namun keduanya tak pernah bertemu. Kata Jandali, Jobs tahu di mana ia bisa bertemu dengannya. "Banyak orang yang tahu kalau Jobs berdarah Suriah, tapi dia tak peduli akan hal itu. Jobs punya sikapnya sendiri soal keturunannya, maklumlah dia kan jenius," kata Jandali.
Maukah keduanya bertegur sapa? Jandali mengatakan mau, tapi "Ini terdengar aneh tapi saya belum siap. Bahkan bila kami berada di tubir kematian sekalipun saya rasa kami masih enggan untuk saling telepon," kata dia.
Terlepas dari hal ini, Jandali mengakui kalau ia menyesal memberikan Jobs untuk diadopsi. "Saya tak tahu apakah Steve tahu, kalau putusan adopsi itu bukan saya yang ambil," katanya. "Kalau saya bisa memilih saat itu tentu saya pilih untuk tetap bersama Steven."
Sumber : republika.co.id
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !